Senin, 30 April 2012

tips agar otak kita optimal atau meningkatkan kemampuannya dalam mengingat sesuatu


Berikut saya sajikan tips agar otak kita optimal atau meningkatkan kemampuannya dalam mengingat sesuatu :

1. Perhatian. Bila kita ingin selalu mengingat apa yang dikatakan seseorang, perhatikanlah dengan baik apa yang dikatakan orang tersebut. Perhatikan setiap detil dari perkataannya. Pusatkan sepenuhnya perhatian kita pada lawan bicara yang ada di hadapan kita.
2.  Gunakan seluruh panca indera anda. Semakin banyak anda menggunakan panca indera dalam memperhatikan sesuatu maka akan semakin lama ingatan terhadap hal tersebut membekas di otak anda. Lihat, rasakan, dan hayati apa yang mengalir dari setiap ucapan orang tersebut.
3.    Hubungkan dengan sesuatu. Menghubungkan suatu benda dengan benda yang lain akan membantu anda mengingat benda tersebut. Misalnya anda bertemu seseorang lalu anda ingin mengingat namanya, perhatikan dengan seksama apa yang unik atau berbeda dari orang tersebut. Si Ani yang berambut lurus dan bermata indah badannya harum bagaikan bunga mawar. Semakin unik hubungan yang anda buat maka akan semakin bagus ingatan anda terhadap orang tersebut.
4.    Antusialah dalam melakukan sesuatu. Semakin antusias dan senang anda terhadap sesuatu atau seseorang maka akan semakin mudah anda mengingatnya dalam jangka waktu lama. Bila anda menyukai sesuatu atau seseorang maka anda akan sangat memperhatikannya dan anda akan menggunakan seluruh panca indera anda untuk merasakannya. Bahkan anda akan menghubungkannya dengan sesuatu benda yang menarik sehingga bila anda melihat benda tersebut maka anda akan kembali mengingatnya.
5.    Ulangi. Ulangi, ulangi dan ulangi apa yang ingin anda ingat. Para ahli dibidang per-otakan mengatakan bahwa otak manusia hanya mampu mengingat 7 bagian informasi dalam kurang dari 30 detik. Jika anda ingin lebih lama mengingat maka anda harus selalu mengulangi dalam benak apa yang ingin anda ingat.
6.    Olah ragalah yang cukup. Olah raga terutama yang meningkatkan sirkulasi oksigen ke otak akan meningkatkan fungsi otak secara maksimal. Mengingat adalah salah satu fungsi otak yang sangat penting.
7.    Kendalikan stress anda. Stress akan meningkatkan kadar hormon kortisol yang mengganggu fungsi otak akibat matinya sel saraf otak. Stress juga akan menganggu selera makan dan tidur anda yang pada gilirannya akan berdampak pula pada kemampuan daya ingat. Salah satu cara untuk mengendalikan stress adalah dengan berolah raga.
8.    Tidurlah yang cukup. Saat kita terlelap terutama beberapa jam di awal tidur, otak kita akan menyibukan diri memproses segala informasi yang kita pelajari sebelumnya. Hal ini tentu akan menambah kemampuan daya ingat.
Jika anda mampu mengoptimalkan daya ingat anda maka anda tidak akan membutuhkan alat alat yang mahal hanya sekedar mengingat ulang tahun pacar atau istri anda. 

Berpikir Kreatif – Berpikir Di Luar Kotak





Berpikir di luar kotak adalah salah satu cara kita untuk berpikir kreatif. Sering kali, saat kita mentok mendapatkan ide kreatif karena kita belum berpikir di luar kotak. Banyak yang mengatakan, untuk mendapatkan ide cemerlang atau gagasan terobosan, kita harus berpikir di luar kotak. Apa itu berpikir di luar kotak? Dan bagaimana hubungannya dengan berpikir kreatif?
Jika kita ingin memahami apa itu yang disebut dengan “berpikir di luar kotak“, langkah pertama ialah kita harus mengerti, apa yang dimaksud dengan “kotak”. Kotak adalah suatu batasan tiga dimensi. Kiri, kanan, atas, bawah, depan, dan belang dibatasi oleh suatu batas yang tidak bisa kita tembus. Berpikir di dalam kotak berarti kita kita berpikir dalam batasan-batasan tertentu. Kabar baiknya, batasan tersebut adalah Anda yang membuatnya (meski pun tidak secara sadar). Karena Anda yang membuat batasan tersebut, maka Anda pun bisa menghilangkan batasan tersebut. Sekali Anda mampu menghilangkan batasan tersebut, maka Anda sudah disebut berpikir di luar kotak, atau Anda sudah berpikir kreatif.
Batasan tersebut ialah asumsi yang Anda buat sendiri. Anda harus menghilangkan asumsi-asumsi terlebih dahulu jika Anda ingin lebih lepas dalam bepikir kreatif. Batasan tersebut juga bisa disebut dengan penilaian. Seringkali kita membatasi pikiran kita dengan ide atau gagasan yang baik atau buruk. Anda harus menghilangkan terlebih dahulu penilaian terhadap ide atau gagasan yang Anda buat. Jika Anda menyumbat aliran berpikir Anda dengan penilaian, maka bukan hanya gagasan jelek yang akan terhambat, tetapi juga gagasan baik akan ikut terhambat. Jadi salah satu teknik berpikir kreatif adalah menghilangkan penilaian terlebih dahulu.
Bukan berarti semua ide itu baik. Bisa saja ide tersebut tidak baik, terutama menurut penilaian agama. Namun penilaian ini bisa Anda lakukan setelah proses berpikir kreatif dan sebelum implementasi. Bukan saat Anda berpikir kreatif. Ini juga sebagai bantahan kepada yang mengatakan bahwa agama menghambat kreativitas, tidak sama sekali, agama mencegah kita dalam mengimplemenasikan ide yang dilarang oleh agama. Agama, sama sekali tidak membatasi Anda dalam berpikir kreatif.
Biarkan kreativitas terjadi secara otomatis, tidak usah Anda atur dalam mengeluarkan ide. Jika pola pikir Anda sudah positif, secara otomatis anda akan mengeluarkan ide-ide positif juga. Jadi kita tidak perlu khawatir akan keluar ide-ide yang tidak baik. Bisa jadi, saat kita mengeluarkan ide yang kurang baik, kita hanya perlu memolesnya lagi agar menjadi ide yang baik. Namun proses pemolesan ini juga dilakukan setelah proses kreativitas.
Jadi hilangkan batasan-batasan yang membelenggu Anda. Kalau pun ada batasan yang ingin Anda pegang, hanyalah batasan agama. Dengan demikian Anda akan mampu berpikir di luar kotak. Anda akan menjadi orang yang berpikir kreatif atau Anda akan menjadi orang kreatif. Memang perlu kreativitas dalam hidup ini? Silahkan baca pada artikel yang membahas pentingnya kreativitas disini.


Inisiatif Rendah & Tinggi

Secara naluri, kita menyukai orang-orang yang punya inisiatif. Atasan menyukai  bawahan yang punya inisiatif. Bawahan menyukai atasan yang banyak inisiatif. Kita menyukai rekan kerja yang punya inisiatif. Apa itu inisiatif? Kalau melihat konsep pengembangan kompetensi, ternyata inisiatif itu termasuk  kompetensi mental (Soft Competency). Artinya, ia bukan bawaan. Ia adalah  kemampuan tertentu yang dikembangkan seseorang. Setiap orang punya skala / tingkatan inisiatif yang berbeda-beda, tergantung bagaimana orang itu mengembangkannya.
Dalam manajemen, inisiatif sering diterjemahkan dengan ketanggapan seseorang terhadap pekerjaan. Ketanggapan adalah kemampuan seseorang untuk bertindak  melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan. Ketanggapan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu. Ini semua dilakukan  dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, untuk menciptakan peluang baru atau untuk menghindari timbulnya masalah yang (mungkin ) akan muncul.
Secara umum bisa dijelaskan di sini bahwa skala inisiatif seseorang itu bisa dikelompokkan menjadi tiga berikut:
Skala bawah adalah orang-orang yang model kerjanya menunggu perintah dari atasan atau hanya sebatas memenuhi job desk secara minimalis. Misalnya saja kita diterima sebagai receptionist tapi yang kita lakukan hanya sebatas mencatat telepon keluar-masuk. Ciri lainnya adalah orang yang model kerjanya butuh pengawasan serius dan terus-menerus. Jika pengawasan tidak ada pasti akan ada penyimpangan atau pelanggaran.
Skala menengah adalah orang-orang yang sudah bisa / mau melakukan sesuatu melebihi dari yang diwajibkan bahkan bisa melakukan sesuatu sampai ke level yang diharapkan. Anda tidak sekedar menjalankan apa yang wajib dan apa yang dilarang, melainkan sudah bisa dan mau memberikan sesuatu yang punya nilai plus bagi organisasi atau kantor. Anda tidak sekedar mencatat telepon keluar-masuk, melainkan sudah belajar meningkatkan kemampuan customer service, kemampuan berkomunikasi, dan seterusnya.
Skala  tinggi adalah orang-orang yang sudah bisa menciptakan peluang dan sudah bisa mengantisipasi ancaman untuk jangka panjang. Biasanya, kalau dikaitkan dengan aturan manajemen, ini dimiliki oleh orang-orang yang sudah diberi tanggung jawab, kebebasan, dan kemandirian dalam mengambil keputusan, misalnya saja: kepala divisi, kepala cabang, kepala tim, manajer, direktur operasional, dan lain-lain.

"Empat ciri orang yang punya inisiatif bagus: a) gigih dalam memperjuangkan sesuatu, b) mengkalkulasi peluang, c) berusaha melebihi dari yang ditugaskan, dan d) antisipasi terhadap masalah atau persiapan menyambut peluang."
(Spencer)

Tidak Berdiri Sendiri
Dalam prakteknya, kemampuan inisiatif ini ternyata tidak berdiri sendiri. Ia terkait dengan kemampuan lain. Artinya, tidak ada orang yang punya inisiatif hanya karena punya inisiatif. Ia punya inisiatif karena memiliki kemampuan lain yang mendukung inisiatif itu. Apa saja kemampuan yang mendukung itu?   Beberapa kemampuan yang mendukung itu adalah:
Pertama,
motivasi atau dorongan untuk maju. Ini adalah yang paling mendasar. Motivasi adalah sumber utama inisiatif. Semakin tinggi motivasi seseorang berarti semakin bagus inisiatifnya. Apa ukuran motivasi yang tinggi itu? Ukurannya adalah ketika dorongan itu muncul dari dalam dirinya atau atas kesadarannya. Dorongan itulah yang membuat seseorang tidak mudah  merasa "puas" dengan apa yang ada (searcing for excellence).
Kedua, informasi, pengetahuan, dan keahlian. Ini sebetulnya pendukung dari yang pertama. Kalau dilihat dari fungsinya, ada dua fungsi yang dimainkan oleh informasi, pengetahuan dan keahlian itu. Kedua fungsi itu adalah  memunculkan inisiatif dan memperbaiki hasil inisiatif. Inisiatif itu bukan sekedar punya gagasan, melainkan apakah gagasan itu menambah nilai plus atau tidak. Nilai plus ini hanya bisa diwujudkan apabila seseorang memiliki informasi, pengetahuan dan keahlian yang relevan.
Ketiga, perhatian terhadap tugas (concern for order). Salah satu ciri utama dari perhatian seseorang terhadap tugasnya adalah mengetahui batas peranannya di posisi tertentu. Perhatian ini menjadi penting karena yang namanya inisiatif itu bukan sekedar memunculkan gagasan yang "semau gue", melainkankan juga perlu melihat wilayah peranan tertentu dalam kaitannya dengan aturan organisasi secara menyeluruh. Jadi, untuk konteks dunia kerja,  semakin tinggi perhatian seseorang terhadap tugasnya, berarti (kira-kira) semakin benarlah arah inisiatifnya. 
Keempat, jaringan. Semakin luas jaringan seseorang, kira-kira akan semakin banyak inisiatifnya dan akan semakin bagus kualitas inisiatifnya. Jaringan di sini bisa dibagi menjadi dua, yaitu: a) jaringan internal (orang-orang yang se-kantor) dan b) jaringan eksternal (orang luar). Kenapa jaringan ini penting? Untuk memunculkan inisiatif di tempat kerja terkadang harus melibatkan orang lain, entah itu atasan, sesasama, atau bawahan. Bahkan terkadang juga perlu melibatkan pihak luar. Jika kita lemah di sini, inisiatif kita sangat berpotensi gagal di lapangan. 
Kelima, dukungan dari manajemen. Manajemen yang "terlalu" menjaga wibawa atau yang terlalu "menakutkan" biasanya sulit diharapkan dapat menggali inisiatif-inisiatif cemerlang dari orang-orang dalam yang sudah ada. Malah terkadang lebih cenderung "membeli" inisiatif dari luar yang belum tentu cocok ketika diterapkan di dalam. Begitu juga manajemen yang memberikan kebebasan tanpa dasar yang  jelas. Misalnya saja tidak jelas peranan masing-masing orang. Inisiatif yang muncul biasanya inisiatif yang liar atau inisiatif untuk kepentingan pribadi-pribadi.
Jadi, sejauh kita berada di ruang lingkup organisasi kerja, institusi, atau manajemen, tugas kita sebetulnya ada dua, yaitu: meningkatkan kemampuan berinisiatif dan meningkatkan kemampuan dalam mendapatkan dukungan manajemen atas inisiatif itu. Jika yang kedua ini belum bisa kita lakukan, akan lebih baik kita berkonsentrasi pada tugas yang pertama saja.
"Sesuatu yang tidak bisa kita lakukan secara total, janganlah kita tinggalkan secara total pula."


Beberapa Panduan Umum
Kehidupan di tempat kerja itu memang penuh seni. Bahkan ada juga yang disebut office politic. Namanya juga politik, pasti ada yang kotor dan ada yang tidak kotor. Semua pihak berharap agar kita punya inisiatif, tetapi ini tidak berarti kita boleh menafsirkan bahwa kita bebas berinisiatif. Banyak inisiatif bagus yang tidak mendapatkan respon atau malah ditolak gara-gara permainan politik atau gara-gara kepentingan tertentu.
Secara umum, ada beberapa panduan yang perlu diingat dalam meningkatkan kemampuan berinisiatif di ruang lingkup organisasi itu. Beberapa panduan itu antara lain:
Pertama,
pertimbangkan biaya (cost) dan hasil. Ada beberapa pemimpin perusahaan atau kebijakan organisasi yang memberikan ruang untuk proses belajar (learning process) dengan "memaafkan" resikonya. Resiko belajar yang paling umum adalah salah, rugi atau gagal. Tetapi ujung-ujungnya tetap juga ada pertimbangan soal biaya dan hasil itu. Kenyataan ini mau tidak mau harus kita pahami bahwa setiap inisiatif yang kita miliki hendaknya jangan sampai menimbulkan kerugian atau mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan biayanya. Lebih-lebih jika tidak ada kebijakan organisasi untuk memaafkan resiko proses belajar itu. Ini bisa gawat. Lain soal kalau inisiatif itu dari awal sudah mendapatkan restu dari manajemen.
Kedua,
membaca aturan manajemen. Aturan manajemen itu biasanya selalu ada dua, yaitu: aturan yang tertulis dan aturan yang tidak tertulis. Dua-duanya bila dilanggar bisa mendatangkan resiko. Kenyataan ini perlu kita pahami bahwa setiap inisiatif yang hendak kita munculkan perlu disesuaikan dengan kedua aturan itu. Beberapa perusahaan sudah memiliki kebijakan sendiri untuk mengatasi orang-orang yang punya inisiatif namun kerap melanggar (namun ini tidak semuanya). Lebih lengkapnya bisa Anda telaah di bawah ini  



INISIATIF
KESESUAIAN NILAI, KEBIJAKAN, ATURAN
AKSI
OK
OK
Didukung, dikembangkan dan dipertahankan
OK
Tidak OK
Diarahkan / dipertahankan
Tidak OK
OK
Dikembangkan / dipertahankan
Tidak OK
Tidak OK
Diperingatkan / diberhentikan

Ketiga,
dahulukan kepentingan organisasi. Ini yang terpenting. Kalau yang kita dahulukan / utamakan adalah tujuan pribadi, akibatnya adalah konflik. Ini akibat yang paling kecil. Tapi kalau yang kita dahulukan adalah kepentingan organisasi, langkah kita akan selamat. Bukan hanya itu. Mengutamakan kepentingan organisasi akan memudahkan kita mendapatkan dukungan (support) dari manajemen. Tujuan ini perlu dikomunikasikan, bukan hanya kepada manajemen, tetapi juga kepada yang lain. Alasannya,  selain untuk dukungan, komunikasi juga akan mengurangi kesalahpahaman. Kita perlu ingat bahwa banyak kebencian, ketidaksetujuan atau penolakan yang disebabkan kesalahpahaman ini.    
Yang paling penting adalah membuktikan. Ketika kita punya inisiatif, pasti ada sejumlah tanggapan yang nadanya berbeda-beda. Ada yang mendukung dan ada yang menuduh. Ini harus masuk pada kalkulasi kita. Jika kita sanggup membuktikan bahwa apa yang kita lakukan ini bukan untuk kepentingan pribadi, pasti orang lain akan percaya, meski tidak semuanya suka. Untuk kepentingan pengembangan-diri, mendapatkan kepercayaan itu biasanya jauh lebih kita butuhkan ketimbang sekedar hanya disukai orang.
Keempat,
pilihlah yang "soft". Ada dua pilihan untuk mengemukakan ide, gagasan atau inisiatif di hadapan orang lain, terutama jika jumlahnya banyak. Pilihan yang pertama adalah cara yang "soft": lembut, mengedepankan orang banyak, bertahap, memahami orang lain lebih dulu, mempraktekkan seperti cara air mengalir dan seperti watak air yang fleksibel, menggunakan influence (kekuatan pengaruh), dan seterusnya. Pilihan yang kedua adalah cara yang "hard": menginginkan perubahan drastis dan seketika, menggunakan power jabatan atau power lain, menyalahkan yang sudah ada, membongkar yang sudah ada, meniru watak kayu yang keras, dan seterusnya.
Dua-duanya sah kita gunakan sesuai keadaan tetapi butuh syarat yang tidak sama. Cara yang hard menuntut syarat yang lebih banyak dan lebih besar. Kenapa? Cara yang hard lebih sering menimbulkan penolakan, konflik, kegoncangan, penyerangan, dan lain-lain. Sejauh kita memiliki power untuk mengatasi itu semua dan keadaannya juga menuntut perubahan yang cepat, tentu tidak ada masalah. Tapi kalau tidak memiliki, cara yang soft jauh lebih efektif. Banyak keberhasilan yang diraih para nabi atau para pemimpin dunia dengan cara yang soft ini. Bahkan menurut Tao, yang soft ini bisa mengalahkan yang hard.  
Kelima,
libatkan orang lain. Jika kita hanya melibatkan diri sendiri untuk inisiatif yang kita miliki,  ini memang sudah bagus. Tapi akan lebih bagus lagi kalau kita bisa melibatkan orang lain. Pelibatan orang lain bisa dalam hal pemikiran atau pelaksanaan (terlibat dalam melaksanakan inisiatif), teamwork, bimbingan, dukungan, kerjasama, dan lain-lain.
Terlepas dari masalah itu, satu hal yang perlu kita sadari adalah: orang yang meninggalkan usaha dalam meningkatkan inisiatifnya di tempat kerja, akan menderita kerugian dalam bentuk turunya nilai kapasitas "SDM-nya". Ini artinya yang paling rugi, untuk jangka panjang, adalah kita 
Itulah sebagian panduan berinisiatif dalam organisasi. Meskipun niat kita baik, tetapi untuk merealisasikan niat yang baik itu terkadang tidak mudah. Dan seperti yang sudah kita singgung di muka, jika kita belum berhasil memunculkan inisiatif untuk perbaikan orang banyak atau organisasi, yang tidak boleh kita tinggalkan adalah memunculkan inisiatif untuk perbaikan diri sendiri yang tidak bertentangan dengan perusahaan atau yang sejalah dengan harapan perusahaan. Ini jauh lebih mudah dan bisa kita lakukan kapan saja.

"Jika yang kita miliki baru gagasan, gagasan itu hanya bisa diterima oleh segelintir orang, tetapi jika yang kita miliki sudah komitmen, komitmen itu bisa diterima oleh semua orang."
semoga bermanfaat :’)



7 WARNA BERPIKIR :


7 WARNA BERPIKIR :

PUTIH : seperti komputer yg siap menerima data dan fakta apapun, Anda netral tanpa unsur emosi bersikaplah mendengar aktif…ingat !! hanya mendengarkan saja !

HITAM : kritis menelaah akibat dan konsekuensi tindakan yg akan diambil

MERAH : empathi, impresi, ekspresi dan intuisi/ ilham gunakan perasaan/feeling anda

KUNING : seperti matahari yg selalu bersinar memancarkan optimisme, motivasi, baik sangka, positive thinking, mengintai hikmah

HIJAU : laksana daun yg “terus” tumbuh, Anda diharapkan untuk kreatif

BIRU : analoginya adalah langit yg biru luas, Anda mau menerima seluruh cara warna berpikir dan Anda sebagai nahkodanya

BENING : air yg bening dapat menjernihkan, Anda tidak berpikir sama sekali (unlearn), Carilah suasana & tempat yg tenang untuk bermeditasi, istirahatkan otak Anda untuk obat stress. Eramkan telur masalahnya (inkubasi) biarkan dia mencari jalan keluarnya sendiri lalu tetaskan dg kilatan ilham (iluminasi)… maka bergembiralah …EUREKA…Aku dapat !!! Ide itu muncul !

   Bila menemukan suatu masalah, ingatlah salah satu warna tersebut dan gunakan warna tersebut untuk secara bertahap berpikir menurut fungsi warna-warna tersebut. Anda akan merasakan perbedaaan yang menyenangkan dibanding dengan cara berpikir rancu yang selama ini sering digunakan. Rasakan bedanya tidak ada lagi kata-kata keluhan keluar dari bibir anda yang ada adalah AKU BISA!! Alhamdulillah!

INNOVATIV


1.   Challenges status quo; tidak merasa cepat puas dengan keadaan yang ada dan selalu mempertanyakan otoritas dan rutinitas serta mengkonfrontasikan asumsi-asumsi yang ada.

2.   Curious; senantiasa mengeksplorasi lingkungannya dan menginvestigasi kemungkinan-kemungkinan baru, memiliki rasa kekaguman (sense of awe)

3.   Self-motivated; tanggap terhadap kebutuhan dari dalam (inner needs) senantiasa secara proaktif memprakarsai proyek-proyek baru, menghargai setiap usaha.

4. Visionary; memiliki imaginasi yang tinggi dan memiliki pandangan yang jauh ke depan.

5.   Entertains the fantastic; memunculkan ide-ide “gila”, memandang sesuatu yang tidak mungkin menjadi sebuah kemungkinan, memimpikan dan menghayalkan sesuatu yang besar-besar.
6.Takes risks; melampaui wilayah yang dianggap menyenangkan, berani mencoba dan menanggung kegagalan.

7.Peripatetic; merubah lingkungan kerja sesuai yang dibutuhkan, senang melakukan perjalanan (travelling) untuk memperoleh inspirasi atau pemikiran segar.

8.   Playful/humorous; memliki ketertarikan terhadap hal-hal yang aneh dan mengagumkan, berani tampil beda, bertindak nekad, serta mudah dan sering tertawa layaknya seorang anak kecil.

9. Self-accepting; dapat mempertahankan ide-idenya dan menganggap “kesempurnaan sebagai musuh kebaikan”, tidak terikat dengan apa-apa yang diipandang baik menurut orang lain.

10.Flexible/adaptive –terbuka bagi setiap perubahan, mampu melakukan penyesuaian terhadap rencana-rencana yang telah dibuat, menyajikan berbagai solusi dan gagasan

11. Makes new connections; mampu melihat hubungan-hubungan diantara unsur-unsur yang terputus, mensintesakan dan mengkombinasikannya.

12.   Reflective, menginkubasi setiap masalah dan tantangan, mencari dan merenungkan berbagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.

13.Recognizes (and re-cognizes) patterns; perseptif terhadap sesuatu dan dapat membedakannnya, dapat melihat kecenderungan dan prinsip serta mampu mengorganisasikannnya, dapat melihat ”the Big Picture.”

14.Tolerates ambiguity, merasa nyaman dalam situasi kacau (chaos), dapat menyajikan situasi paradoks, tidak tergesa-gesa membenarkan terhadap suatu ide yang muncul.

15. Committed to learning; berusaha mencari pengetahuan secara terus menerus, mensintesakan segala in put, menyeimbangkan setiap informasi yang terkumpul dan menyelaraskan setiap tindakan.

16. Balances intuition and analysis memilih dan memilah diantara pemikiran divergen dan pemikiran konvergen, memiliki intuisi tertentu sebelum melakukan analisis, meyakini apa yang sudah dianalisis dan menggunakannya secara hati-hati dengan menggunakan akal.

17.Situationally collaborative; berusaha menyeimbangkan pemikiran dari setiap individu, membuka pelatihan dan mencari dukungan organisasi.

18. Formally articulate; mengkomunikasikan setiap gagasan secara efektif, menterjemahkan konsep abstrak ke dalam bahasa penuh arti, menciptakan prototype atau model yang dianggap paling mudah

19. Resilient; merefleksi hal-hal dianggap mengecewakan atau yang tidak dinginkan, belajar dengan cepat dari umpan balik, berkemauan untuk mencoba dan terus mencoba lagi

20. Persevering; bekerja keras dan tekun, memperjuangkan gagasan-gagasan baru dengan gigih, memiliki komitmen terhadap hasil-hasil yang telah digariskan.

5 Cara Melatih Berpikir Kreatif


Kreatif” hanyalah sebuah kata pendek dan sederhana. Namun, berkat pemikiran kreatif, kesuksesan besar, semisal kemajuan teknologi, industri, dan bidang lain, terjadi.

Tidak berlebihan bila dikatakan, berpikir kreatif merupakan kunci keberhasilan.
Lalu, bagaimana cara untuk bisa berpikir kreatif?

Berikut ini cara yang bisa dicoba:

- Berpikir, semua bisa dilakukan

Yakinlah, sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Artinya, harus optimis. Buang ungkapan bernada pesimis. Misal, ”Saya mungkin bisa mengerjakan”. Ganti dengan ungkapan penuh optimisme. Contoh, ”Saya pasti bisa mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!”.
Pernyataan optimis melatih kita berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.

- Hilangkan cara berpikir konservatif

Pola berpikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman. Karena merasa nyaman atau diuntungkan dengan cara konservatif, ketika dituntut untuk mengubah pola pikir, kita takut akan mengalami kerugian.
Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal dalam berpikir kreatif unsur statis semestinya dihilangkan. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.

Ada tiga cara mengurangi atau menghilangkan pola berpikir konservatif.

Pertama, terbuka terhadap masukan. Masukan adalah bahan mentah sangat berharga. Lalu, kita mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi, jangan takut dengan ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita berpikir kreatif.
Kedua, mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk ”memperkaya” diri, pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Ketiga, harus proaktif. Kita dituntut ”menjemput bola” dalam menghadapi sesuatu, dan bukan ”menunggu bola”. Bertindak proaktif berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang. Ini bisa terjadi kalau kita mempunyai kreativitas berpikir.
( from Kompas.com )