Senin, 18 Juni 2012

Gangguan Makan Ancam Remaja Putri


KOMPAS.com - MENJADI langsing adalah dambaan kebanyakan kaum hawa. Tak ayal, sebagian dari mereka menjadi kebingungan bila lengan, perut, atau paha sudah tampak gelambir lemak. Apalagi, kegemukan juga identik dengan masalah kesehatan.

Sebaliknya, orang langsing dinilai lebih cantik, menarik dilihat, bahkan juga dianggap lebih sehat. Alhasil, banyak orang yang menjadwalkan diet dalam kesehariannya demi memiliki bentuk tubuh langsing. Ada orang yang mau menjalankan diet dengan perlahan, ada juga orang yang ingin kurus dengan cara instan.
Cuma, tak sedikit orang yang salah kaprah tentang diet. Mereka menganggap makan adalah biang kerok kegemukan. Untuk mengurangi berat badan, mereka lantas mengurangi asupan makanan secara drastis. Untuk mengurangi berat badan, mereka mengurangi asupan makanan dengan drastis. Padahal, sebenarnya diet adalah mengelola asupan kalori yang kita konsumsi

Cara mengurangi asupan makanan yang sekarang ini banyak menggejala adalah dengan puasa berlebihan atau dengan memuntahkan makanan yang sudah dimakan. Jika di sekitar Anda ada yang melakukan ini dalam pola makannya, "Bisa dicurigai mereka mengalami gangguan pola makan atau eating disorder," ujar guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono.

Maklum, kian lama penderita gangguan pola makan seperti ini kian banyak. Menurut hasil penelitian Institut Robert Koch pada tahun 2008, setiap lima dari warga negara di Eropa yang berusia antara 11 sampai dengan 17 tahun memperlihatkan gejala-gejala terjadi gangguan pola makan mereka. 

Mengincar remaja putri 
Sependapat, Sarlito bilang, remaja putri memang lebih rentan mengalami eating disorder jika dibandingkan dengan wanita usia dewasa atau bahkan dengan pria. "Karena di kalangan mereka, imaji perempuan cantik itu harus langsing," kata Sarlito.

Ada dua jenis gangguan pola makan yang cukup terkenal, yaitu anoreksia nervosa dan bulimia. Anoreksia adalah menahan makanan masuk ke dalam tubuh karena takut kenyang lalu gemuk. Penderita anoreksia biasanya tidak mau makan, meskipun lapar dan nafsu makannya tidak terganggu. Jika makan, mereka biasanya mengasup sedikit saja.

Bulimia memiliki ciri berbeda. Penderita bulimia biasanya memuntahkan kembali makanan yang telah ditelannya dengan cara mengorek kerongkongan dan merangsang-mual. Mereka juga kerap menggunakan obat pencahar untuk mengeluarkan makanan dari tubuh sesegera mungkin.
Berat badan penderita eating disorder biasanya sangat ringan, bahkan sampai di bawah normal. Selain kurus, penderita eating disorder juga terlihat memiliki rambut dan kuku tipis, serta kulit yang kering.

Sarlito menilai, biasanya orang menderita anoreksia dan bulimia lebih disebabkan oleh faktor psikologis. Mereka tidak percaya diri dengan keadaan tubuhnya. Celakanya, mereka kerap menyangkal sedang terkena gangguan.

"Tapi, mereka akan terus menolak makanan meskipun tubuh mereka telah menjadi sangat kurus," ujar dia. Untuk menghentikannya, penderita harus dibawa ke psikiater dan dikombinasikan dengan penanganan medis. Dorongan dari keluarga dan teman juga dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri lagi.

Namun, Suhanto Kasmali, Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumahsakit Dharmais, Jakarta Timur, menambahkan bahwa berat badan yang menurun secara drastis bisa juga karena kelainan fungsi organ tubuh atau adanya infeksi dalam tubuh. 

"Ini juga bisa menyebabkan anoreksia," ujar dia. Untuk itu, "Mereka harus segera dibawa ke rumahsakit agar diketahui  penyebabnya.  

Jarang mau berobat, pilih bunuh diri
Selama paradigma cantik identik dengan langsing tak memudar, maka penderita anoreksia dan bulimia juga akan terus bertambah. Begitu salah satu kesimpulan penelitian Royal College of Psychiatrists di Inggris.

Sepanjang tahun 2009 lalu, penelitian tersebut menyebutkan kalau perempuan lebih sering terkena gangguan pola makan dibandingkan dengan pria. Dalam penelitian disebutkan: tubuh dari 1.000 wanita menderita gangguan pola makan.

Sedangkan pada pria hanya satu dari 1.000 pria menderita gangguan ini. Ini juga diperkuat hitung-hitungan Eating Disorder Association, yaitu; sebanyak 1,15 juta penduduk Inggris menderita gangguan pola makan sepanjang 2009.

Sayangnya, hanya sekitar 60.000 sampai 90.000 saja yang menjalani pemulihan dan pengobatan. Bahkan, dalam sebuah penelitian pasien penyimpanan cara makan di Amerika Serikat, sebesar 15% penderita anoreksia meninggal karena bunuh diri, infeksi, masalah pencernaan, dan malnutrisi alias kekurangan nutrisi. (Sanny Cicilia Simbolon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar